twitter



seorang gadis tengah asyik menarikan jemarinya pada kanvas putih dihadapannya, dengan senyum manis ia sibuk menggambar sosok pujaan hatinya diatas kanvas. sudah beribu-ribu lembar kanvas yang terisi dengan sosok yang digambarnya sekarang tetapi ia tak pernah sedikit pun bosan menggambar sosok yang sama. semua orang tahu, apa yang dipikirkan gadis itu. sang gadis hanya tak ingin melupakan kekasih yang amat dicintainya. semua orang yang mengenalnya bahkan tahu betul bagaimana kisah cinta mereka dan perjuangan gadis itu sampai sekarang. ya, semua orang yang mengenalnya memang tak akan pernah melupakan kejadian tiga tahun lalu. kejadian yang merubah kehidupan sang gadis, dari seorang nona besar menjadi pelukis jalanan.

"Me, sarapan?" tanya seseorang dengan membawa dua plastik dan memperlihatkannya pada sang gadis, gadis itu mendongak dan tersenyum dengan manis.
"makasih ya, Al. tiap hari kamu nyempetin bawa sarapan buat aku, bikin kamu telat ke rumah sakit." ujarnya sambil makan burger kesukaannya. ia merogoh tas kecilnya dan mengeluarkan amplop lalu menyerahkannya pada cowok disampingnya.
"apa ini, Me?" tanya cowok itu bingung
"hutang sarapanku selama ini." jawab gadis manis itu polos. cowok itu pun menaruh amplop itu ke pangkuan sang gadis.
"aku bukan kurir sarapan, lagian aku kasih makan itu agar kamu ndak sakit karena selalu lupa makan."  'juga karena aku mencintaimu' lanjutnya dalam hati.
"tapi..." belum selesai bicara, cowok itu bangkit, mengelus rambut gadis manis dengan lembut lalu meninggalkannya. sang gadis yang terbengong kemudian hanya tersenyum. ia pun melanjutkan makannya.
****************
Al berbalik, ia memandang dari jauh gadis yang dicintainya itu makan burger dengan lahap.

'sebesarkah itu cintamu padanya, hingga kau tak melihatku sama sekali. tiga tahun, bukan waktu yang sebentar kau menunggunya kembali. selama itu pula, aku juga berharap kau melihatku...' ujar cowok tampan itu dalam hati. sepotong kejadian tiga tahun yang lalu menyeretnya kembali.

Mega Puspa, gadis manis keluarga konglomerat Wijaya sekaligus teman kecilnya berdiri di depan cermin, gadis itu terlihat sangat menawan dengan balutan gaun pengantin berwarna putih. Al sampai tak dapat berkata apa-apa melihat gadis yang dianggap adiknya sendiri, ia terpana melihat gadis itu, entah kenapa hari itu hatinya terasa sakit melihat senyum manis Mega untuk pertama kalinya. ia merasa kehilangan sesuatu yang berharga dari hidupnya.
tak berapa lama seseorang masuk, Mega berlari ceria lalu memeluk sosok itu, dan... dering telpon mebuyarkan lamunannya. ia pun segera mengangkatnya dan segera masuk ke dalam sedan hitam disampingnya. 
*******************
Mega memarkirkan motornya di halaman kecil sebuah rumah sederhana milik kekasihnya. tiga tahun lalu, ia memutuskan pindah kesana ditemani sahabatnya Rin dan anaknya Dita.

"tante, bawa titipan Dita?" palak gadis kecil yang tiba-tiba muncul dihadapan Mega, Mega berfikir membuat gadis kecil itu khawatir. Mega tersenyum lalu menowel hidung kecil keponakannya, ia pun mengangguk. Dita pun tersenyum girang ketika Mega mengeluarkan buku gambar yang segera diterima Dita kemudian masuk kedalam.
"seharusnya kau tak memanjakan anakku, Me." ujar Rin pada sahabatnya, Mega menggeleng.
"aku tak pernah memanjakan anakmu, Rin. aku hanya sedikit.. berbagi." balas Mega membuat Rin tersenyum. senyumnya pudar ketika sosok cowok tampan berjalan kearahnya, membuat Mega membalikkan badan.
"Aldo," sapa Mega ketika cowok tampan itu berdiri dihadapannya.
"aku mengantarkan ini, titipin dari ibu." kata Al sambil menyerahkan bingkisan berisi bahan-bahan pokok kepada Rin, dari isinya saja Rin sudah tahu bahwa Al yang membeli semuanya. ia memandang cowok tampan itu, cara Al memandang Mega dan sikap Al pada Mega. semua orang akan setuju padanya kala cowok itu mencintainya, tapi dasar si Mega yang udah buta sama cinta masa lalunya membuat gadis itu tak menyadariinya. Rin memandang Al dengan iba lalu memilih masuk kedalam agar mereka dapat berbicara.
"ibumu masih saja mengirim belanja bulanan pada kami, aku jadi tak enak."ujar Mega, lalu mengajak cowok itu di kursi ayunan di pekarangan kecil itu. Al masih saja diam dan memandang Mega, membuat gadis manis itu salah tingkah.
"Me, apa kamu ingat ini?" tanya Al saat menunjukkan benang merah, membuat Mega menatapnya.
(bersambung)


0 komentar:

Posting Komentar