mega terpaku memandang benang merah di tangan Al, dongeng masa kecilnya yang membuat gadis itu percaya akan takdir benang merah dalam cinta. ya, sebuah dongeng dari guru TKnya yang mengatakan bahwa bila dua orang yang saling membenci setengah mati pun bila pernah mengikatkan benang merah di pergelangan mereka akan menjadi jodoh sampai kapan pun, tak peduli dipisahkan oleh keadaan apa pun.
"apakah aku boleh memasang ini bersamamu?" tanya Al membuat gadis manis itu terdiam. cowok tampan itu mendekat dan memegang tangan Mega. Mega de javu dengan kejadian ini, ia pernah mengalami hal yang sama, di tempat yang sama, kata-kata yang sama pula. tapi, dengan orang yang berbeda dan dengan perasaan yang berbeda. secuil kenangan dari memorinya terbang membayangi perasaannya.
Al akan memakaikan ikatan benang merah ditangan Mega, belum sempat benang itu melingkar di tangan gadis yang dicintainya, gadis itu memeluknya dengan tangis pecah.
"maafkan aku,,, maafkan aku,,," rengeknya dalam isaknya membuat Al terpaku.
selama ini, bukannya Mega tak menyadari perasaannya, gadis manis itu hanya pura-pura tak menyadarinya agar dirinya tak terluka. bodoh, kenapa Al tak menyadarinya. gadis itu masih teramat setia dengan kekasihnya, seberapa dalam cinta itu tertancapa Me?tak adakah ruang bagiku walau hanya sekecil jari kuku?
"maafkan aku..." ulangnya dalam deraian airmatanya dan memelukku semakin erat.
sampai kapan pun aku akan selalu kalah darinya, dan kau selalu menang atas diriku. ujar Al dalam hati menunduk sedih.
*************
suasana bandara sabtu ini terlihat padat, beredar kabar kalau model top asal Indonesia akan kembali kesini. itulah alasan mengapa puluhan pewarta berita berbondong-bondong memenuhi bandara yang sudah ramai para pengunjung tapi Mega tak memerdulikan hal itu. ia hanya peduli pada pintu kedatangan yang terbuka dan berharap pangerannya keluar dari pintu itu dan berlari kearahnya. semenjak Raga meninggalkannya, ia berharap cowok itu muncul dari balik pintu kaca tersebut. itulah alasan kenapa setiap Sabtu ia berkunjung ke bandara ini.
Mega melihat jam tangannya kembali, sudah hampir maghrib. saatnya ia berpamitan dengan pintu kaca itu dan kembali minggu depan.
"Raga!!!" teriak seorang gadis dengan nada centil membuat Mega terhenyak, ia memandang gadis cantik yang mulai dikerubungin wartawan dan mengikuti arah mata sang gadis yang membuatnya berbalik badan dan melihat sosok yang selama ini ia tunggu. Mega memandang dari atas ke bawah sosok cowok itu, semuanya terlalu mirip dengan laki-laki yang dicintainya. gadis cantik itu berlari kearah kekasihnya dan memeluknya. Mega membantu, matanya terasa nanar melihat peristiwa itu, tak disangka mata mereka bertemu.
"aku mencintaimu," teriak sang gadis yang segera mendapat antusias dari pewarta berita, sedangkan Mega merasa hatinya tertusuk-tusuk mendengar kalimat itu, tanpa ia sadari butiran-butiran bening membasahi pipinya. sedetik kemudian kerumunan itu pergi ketika beberapa orang bodygard mengantar gadis cantik itu dan laki-laki yang dicintainya memasuki sebuah mobil dan meninggalkan tempat dimana Mega masih membatu,
aku memang mengharapkanmu kembali tapi tidak bersama orang lain. ujar Mega dalam hati, pertahanannya goyah, airmatanya tak dapat dibendung kembali. ia pun jatuh terduduk dilantai dan menangis sejadi-jadinya sambil memegang cincin di jari manisnya.
berita pernyataan cinta Bunga, top model dunia yang blak-blakan di bandara segera menghebohkan negri. hampir seluruh stasiun televisi membahasnya dalam hitungan detik, berita ini menyita banyak perhatian. Al yang baru keluar dari kamar pasien tak sengaja mendengar gerombolan suster magang yang tengah membahas berita itu, tak berapa lama ia melihat TV yang berada di koridor rumah sakit menayangkannya. ia tercekat melihat sosok laki-laki di TV. segera ia mengambil handphone di kantongnya dan menghubungi seseorang karena tak ada jawaban segera ia berlari ke parkiran sambil menghubungi seseorang.
"apa kau melihatnya? dimana Mega?" tanya Al dengan nada panik sambil memasuki sedan hitamnya.
"aku mengerti, aku akan segera kesana." lanjutnya lalu memutuskan hubungan dan menancap gas mobilnya kuat-kuat, terlihat jelas raut kecemasan di wajah tampannya.
**************
Raga memandangi sosok Mega yang mulai tak terlihat dari kaca spion, Bunga terlihat bingung dengan sikap Raga yang mengacuhkannya setelah skandal yang ia buat tadi.
"apa kau marah?" tanya Bunga polos dengan nada sedikit takut melihat tatapan tajam Raga.
"Bunga, kenapa kau lakukan itu? Raga baru saja akan memulai bisnisnya disini tapi kau mengahancurkannya dengan tingkah bodohmu." jawab sang manajer lembut pada artisnya.
"aku hanya ingin memberitahu dunia bahwa aku mencintaimu," rengek Bunga pada manajernya yang tak ditanggapi Raga. matanya masih menatap ke arah spion.
"berhenti!!!!" ujar Raga membuat semuanya kaget dan sang sopir mengerem mendadak. Raga akan keluar dari mobil, Bunga yang melihat hal itu segera memeluk Raga.
"maafkan aku, aku tak akan mengulanginya. jadi jangan pergi, Ga. Ku mohon.." rengek Bunga manja, manajer yang melihat amarah di wajah cowok itu tak berani berkomentar. dengan kasar cowok itu melepas pelukan Bunga lalu keluar dari mobil dan berlari menuju bandara, ada yang harus ia jelaskan pada seseorang. sdangkan Bunga langsung menangis melihat perlakuan Raga padanya.
"sudah, kamu memang keterlaluan kali ini," ujar manajernya yang mencoba menenangkan artis sekaligus sahabatnya.
****************
Raga terus berlari dengan sekuat tenaga menuju bandara, kenapa aku selalu semangat berlari ke arahmu? seperti mendapat tenaga kuda kala aku harus berlari ke arahmu. ujarnya dalam hati. ia berhenti ketika tak jauh dari tempatnya berdiri ia melihat gadis yang dicintainya tengah memandangi cincin di jari manisnya, terlihat gadis itu tak punya kekuatan untuk berdiri. Bahkan ia tak peduli dengan banyaknya pasang mata yang mulai melihatnya. Raga melangkahkan kakinya untuk mendekat.
Mega menoleh saat seseorang memegang pundaknya, tak sesuai dengan bayangannya. orang yang hadis dihadapannya bukanlah orang yang dicintainya. tangan itu menyeka air mata di pipinya dengan lembut. Al membantu Mega berdiri, tanpa bicara mereka beranjak pergi meninggalkan bandara.
kenapa kau selalu saja muncul? kenapa kau selalu ada? bagaimana aku bisa membebaskan sakitmu? kalau kau terus saja membantuku. batin Mega sambil memandang Al yang tengah memapahnya dan tanpa mereka sadari sepasang mata tajam memandang ke arah mereka.
(bersambung)
0
komentar
Posted in
seorang gadis tengah asyik menarikan jemarinya pada kanvas putih dihadapannya, dengan senyum manis ia sibuk menggambar sosok pujaan hatinya diatas kanvas. sudah beribu-ribu lembar kanvas yang terisi dengan sosok yang digambarnya sekarang tetapi ia tak pernah sedikit pun bosan menggambar sosok yang sama. semua orang tahu, apa yang dipikirkan gadis itu. sang gadis hanya tak ingin melupakan kekasih yang amat dicintainya. semua orang yang mengenalnya bahkan tahu betul bagaimana kisah cinta mereka dan perjuangan gadis itu sampai sekarang. ya, semua orang yang mengenalnya memang tak akan pernah melupakan kejadian tiga tahun lalu. kejadian yang merubah kehidupan sang gadis, dari seorang nona besar menjadi pelukis jalanan.
"Me, sarapan?" tanya seseorang dengan membawa dua plastik dan memperlihatkannya pada sang gadis, gadis itu mendongak dan tersenyum dengan manis.
"makasih ya, Al. tiap hari kamu nyempetin bawa sarapan buat aku, bikin kamu telat ke rumah sakit." ujarnya sambil makan burger kesukaannya. ia merogoh tas kecilnya dan mengeluarkan amplop lalu menyerahkannya pada cowok disampingnya.
"apa ini, Me?" tanya cowok itu bingung
"hutang sarapanku selama ini." jawab gadis manis itu polos. cowok itu pun menaruh amplop itu ke pangkuan sang gadis.
"aku bukan kurir sarapan, lagian aku kasih makan itu agar kamu ndak sakit karena selalu lupa makan." 'juga karena aku mencintaimu' lanjutnya dalam hati.
"tapi..." belum selesai bicara, cowok itu bangkit, mengelus rambut gadis manis dengan lembut lalu meninggalkannya. sang gadis yang terbengong kemudian hanya tersenyum. ia pun melanjutkan makannya.
****************
Al berbalik, ia memandang dari jauh gadis yang dicintainya itu makan burger dengan lahap.
'sebesarkah itu cintamu padanya, hingga kau tak melihatku sama sekali. tiga tahun, bukan waktu yang sebentar kau menunggunya kembali. selama itu pula, aku juga berharap kau melihatku...' ujar cowok tampan itu dalam hati. sepotong kejadian tiga tahun yang lalu menyeretnya kembali.
Mega Puspa, gadis manis keluarga konglomerat Wijaya sekaligus teman kecilnya berdiri di depan cermin, gadis itu terlihat sangat menawan dengan balutan gaun pengantin berwarna putih. Al sampai tak dapat berkata apa-apa melihat gadis yang dianggap adiknya sendiri, ia terpana melihat gadis itu, entah kenapa hari itu hatinya terasa sakit melihat senyum manis Mega untuk pertama kalinya. ia merasa kehilangan sesuatu yang berharga dari hidupnya.
tak berapa lama seseorang masuk, Mega berlari ceria lalu memeluk sosok itu, dan... dering telpon mebuyarkan lamunannya. ia pun segera mengangkatnya dan segera masuk ke dalam sedan hitam disampingnya.
*******************
Mega memarkirkan motornya di halaman kecil sebuah rumah sederhana milik kekasihnya. tiga tahun lalu, ia memutuskan pindah kesana ditemani sahabatnya Rin dan anaknya Dita.
"tante, bawa titipan Dita?" palak gadis kecil yang tiba-tiba muncul dihadapan Mega, Mega berfikir membuat gadis kecil itu khawatir. Mega tersenyum lalu menowel hidung kecil keponakannya, ia pun mengangguk. Dita pun tersenyum girang ketika Mega mengeluarkan buku gambar yang segera diterima Dita kemudian masuk kedalam.
"seharusnya kau tak memanjakan anakku, Me." ujar Rin pada sahabatnya, Mega menggeleng.
"aku tak pernah memanjakan anakmu, Rin. aku hanya sedikit.. berbagi." balas Mega membuat Rin tersenyum. senyumnya pudar ketika sosok cowok tampan berjalan kearahnya, membuat Mega membalikkan badan.
"Aldo," sapa Mega ketika cowok tampan itu berdiri dihadapannya.
"aku mengantarkan ini, titipin dari ibu." kata Al sambil menyerahkan bingkisan berisi bahan-bahan pokok kepada Rin, dari isinya saja Rin sudah tahu bahwa Al yang membeli semuanya. ia memandang cowok tampan itu, cara Al memandang Mega dan sikap Al pada Mega. semua orang akan setuju padanya kala cowok itu mencintainya, tapi dasar si Mega yang udah buta sama cinta masa lalunya membuat gadis itu tak menyadariinya. Rin memandang Al dengan iba lalu memilih masuk kedalam agar mereka dapat berbicara.
"ibumu masih saja mengirim belanja bulanan pada kami, aku jadi tak enak."ujar Mega, lalu mengajak cowok itu di kursi ayunan di pekarangan kecil itu. Al masih saja diam dan memandang Mega, membuat gadis manis itu salah tingkah.
"Me, apa kamu ingat ini?" tanya Al saat menunjukkan benang merah, membuat Mega menatapnya.
(bersambung)