twitter


aku masih terusik dengan pertanyaanmu sore tadi,

dengan gaya khasmu, kau hanya tersenyum melihat kebisuanku
memandang ke tetesan hujan yang jatuh tergenang di jalanan
tersorot lampu jalanan yang terlihat muram
sesekali kau memandang langit yang masih gundah tertutup awan hitam
sedikit ragu ku berikan jawaban,
hujan adalah dua hal bagiku,
ia membawa kebahagiaan dan kesedihan secara bersamaan, seperti air dan minyak
saling bertolak belakang.
kenapa?
tanyamu bersamaan tetesan air dari awan hitam,
kala hujan, ada kenangan bahagia dan duka hidupku yang terbawa
ada luka dan tawa canda yang larut dalam tetesnya
itu terasa menyakitkan
jawaanku membuatmu tersenyum sekali lagi

kalau begitu, ku sarankan kau sering bertemu aku
agar hatimu dapat hidup kembali dari kematian
tanpa rasa sakit

aku hanya memandangmu tak mengerti kala kau berlari membelah hujan di jalanan sepi




Ma, hari ini aku menyadari sesuatu
Bahwa sekedar punya byk teman tak akan membuatmu berarti,
Cukup satu tapi mendalam itu memang lebih baik
Ma, kadang aku berfikur
Apakah sikapku benar
Apakah ucapanku benaapakah pikiranku benar
Apakah aku gegabah
Dalm mengahadapi masalah???
Apakah aku,
Seseorang pembuat masalah???


ma, tanpa terasa jagoan kita sudah ulang tahun kembali
baru saja aku merasa, kita merayakannya bersama
tahun ini dan tahun-tahun berikutnya mungkin aku hanya dapat merayakannya berdua
sayangnya, tahun ini berbeda. aku tak dapat menemani jagoan kita, ma
aku merindukannya, seperti aku merindukan mama
banyak hal ma, yang berubah.
duniaku jungnkir balik sekarang
bagaikan putri tidur yang terbangun
aku masih belom bisa memahami pikiran jagoan kita ma,
ternyata dia lebih kuat daripada aku
mungkin juga, dia lebih merindukanmu daripada aku
maaf ma, mungkin aku akan kehilangan beberapa momen bahagianya
jagoan kita, bocah laki-laki paling kuat yang aku kenal ma
sekarang, dia tak seegois dulu. paling sabar malah
kalau dandan pun masih lama, hehehe
walaupun masih bawel tapi aku merasa dia lebih pendiam dari sebelumnya.
aku tahu, dia terluka ma
dia sakit hati, tapi aku masih rapuh untuk memeluknya
aku tau, dia seringkali takut dan khawatir, ma
tapi aku juga bingung bagaimana menenangkannya
ma, banyak hal berubah sekarang
ku kira aku telah dewasa untuk menghadapinya
tapi setelah ku pikir kembali, aku adalah orang yang paling kekanakan dalam mengahadapinya
maafkan aku ma,
tolong doakan selalu aku dan jagoan kita

surakarta, 01 Desember 2015


aku tak mengerti,
apa hujan masih indah di mataku
kala yang ku harapkan berbeda dari kenyataan
sekarang,
aku memilih tak melihat wajah yang ku rindukan
sebaiknya kau tak pernah datang
agar rindu dan harapanku tak hilang


dapatkah aku menyalahkan waktu dan keadaan?
yang telah merubahmu menjadi sosok yang tak ku kenal
dapatkah aku menyalahkan janji yang kau ucapkan?
yang telah mengikatku dalam ketidak pastian


bagaimana aku harus menghadapi dunia esok???
bertameng topeng dan senyum palsukah???
taukah aku mulai lelah melakukannya
karna kehadiranmu kini
semakin memperberat langkahku


surakarta, 20 Oktober 2015


aku akan menjadi hujan bila kamu mau
yangturunnya bisa kamu hendaki sesuka hatimu
yang bentuknya bisa kamu pilih sendiri
gerimis kecil, hujan sedang atau badai petir

aku akan menjadi matahari bila kamu mau
yang hangatnya bisa kamu hendaki sesuka hatimu

yang tidak bisa aku lakukan adalah
menjadi matahari dan hujan dalam satu waktu
namun, ada satu cara agar hujan
dan matahari memberi kesan
aku akan membuatkan untukmu sebuah pelangi

sayangnya, aku harus memberi tahumu satu hal
yang menyedihkan
pelangi tak akan bisa tertahan lama
dan aku harus segera pergi

Mega memandang tulisan ini dengan wajah bingung, siapa yang menuliskan puisi sebagus ini untuknya, ia memandang sekeliling ruangan pamerannya. tapi tak ada seseorang yang dapat ia jadikan tersangka. Raga bersembunyi dari jauh sambil memandang Mega.
"Mega," suara itu membuatnya kaget, ia pun tersenyum manis lalu membalikkan badannya. senyumnya pudar kala ia melihat seseorang itu menggandeng seorang gadis cantik disampingnya.
"adik kecilku, selamat ya. semoga pameranmu berhasil." ujar Al sambil memberikan serangkai bunga tulip putih kesukaannya. Mega menerima dengan wajah lesu. Raga yang melihat perubahan wajah gadis itu menjadi sedih. sekali lihat, akan tahu bahwa menyukai pemuda itu.
"oya, kenalkan. ini pacar baru aku, Sinta. Sinta, ini adikku, Mega." lanjut Al membuat Mega semakin gondok, walaupun begitu ia tetap menerima uluran tangan gadis cantik dihadapannya.
"sayang, bagaimana kalau kita keliling melihat karya adikmu?" tanya Sita manja yang disetujui Al, ketika mereka berkeliling, Mega mencengkram bunga ditangannya.
"Al kejam, apa maksud semua ini?apa kau lupa janji masa kecil kita?" tanya Mega dalam hati dengan tatapan nanar memandang kemesraan mereka.
"Al, kamu pakai ini ya. biar nanti kalau kita gede bisa nikah." ujar mega kecil mengaitkan benang merah di jari manis bocah laki-laki.
"Me, orang nikah ndak pake ini, tapi pake cincin." kilah Al kecil sambil memberikan sebuah cincin, membuat mega kecil takjub.
"apa kau menyukaiku?" tanya mega kecil bahagia yang dijawab dengan anggukan tegas.
"kata ibuku, kita harus pake ini biar bisa nikah. jadi pake ini dulu ya." kata mega kecil mengaitkan benang merah dijari manisnya sendiri.
"berjanjilah menikah denganku nanti," lanjut mega kecil sambil mengulurkan kelingkingnya.
"aku janji," jawab Al sambil membalasnya dengan kelingking. mereka berdua tersenyum dengan jari manis terkait benang merah.
gadis manis itu menghapus air matanya tiba-tiba ketika Al dan Sinta mengahampirinya.
"Me, aku pamit dulu ya. kita mau makan, apa kau mau ikut?" tanya Al lembut yang dijawab gelengan kepala.
"apa hanya aku yang menepati janji kita?" tanya mega dalam hati sambil memandang Al dalam.
"me," sapa sebuah suara membuat mereka menoleh pada Raga yang menghamiri mereka.
"siapa me? pacarmu?" tanya Al memandang Raga.
"ya"
"tidak", jawab mereka bersamaan dan saling pandang.
"wah, adik kecilku sudah besar."canda Al sambil mengacak-acak rambut Mega lembut,
"dia bukan pacarku," kilah Mega sambil memandang tajam Raga.
"kalau begitu kami pergi dulu, sampai jumpa..." ucapan Al terhenti
"Rangga, namaku Rangga."
"Rangga." ulang Al lalu pergi meninggalkan mereka. menuju parkiran. setelah mereka menjauh sebuah tamparan mendarat di pipi Rangga.
"apa hakmu bicara seperti itu?" tanya Mega penuh emosi.
"aku hanya ingin menyelamatkanmu," jawab Rangga,
"dengar, jangan campuri urusanku lagi. itu urusanku." ujar Mega dengan menatap tajam.
"aku hanya tak bisa melihat kau terluka."
"apa pedulimu? apa kau mulai menyukaiku?" tanya Mega membuat Rangga kelu, di parkiran Al tertegun ada perasaan aneh menghinggapi hatinya kala melihat Rangga, suara manja Sinta mengagetkannya, ia pun tersenyum pada gadis cantik itu  kemudian melajukan sedan hitamnya.

********
"jadi , kau menyukaiku?" tanya Mega sekali lagi yang masih dijawab dengan diam oleh Rangga.
"apa karena aku baik padamu dan ayahmu selama ini kau mengira aku menyukaimu? apa karena aku menerimamu jadi temanku kau mengira aku menyukaimu? sadar, Ga. sadar!!!! aku cuma kasihan!!!" ujar Mega meluapkan emosinya membuat Rangga mengepalkan tangannya.
"jangan mimpi, aku bakal suka sama pemuda miskin kayak kamu. ngerti?" lanjut Mega yang kemudian meninggalkan Rangga sendiri. Rangga hanya memandangnya dengan tatapan kebencian. ia pun berlari sekuat-kuatnya untuk melupakan kesakitan hatinya. ia pun berhenti disebuah pertigaan lalu tertunduk lemas kemudian menagis.
"seharusnya aku sadar bahwa kau hanya kasihan." ujarnya dalam hati lalu menelpon seseorang.
"kak, aku akan ikut." katanya pada seseorang di seberang sana.

**********
Rangga tengah berada dalam arena pertarungan tinju ilegal, dengan sedikit babak belur ia mendapatkan uang yang cukup besar. ya, ia hanya perlu pura-pura kalah dan menerima semua pukulan lawan untuk mendapat bayaran, dalam ronde ke-8 ia tersungkur. dua orang sahabatnya memandang Rangga dengan nanar, mereka pun menggotong Rangga ke ruang ganti. sekuat tenaga Rangga mencoba bangun, dengan menahan sakitnya dan sempoyongan, ia mengambil uang itu lalu berjalan menuju pameran Mega. ia berjanji akan mengambil harga dirinya kembali, Sam hanya memandang sahabatnya dengan menangis.
susah payah Al memasuki tempat pameran yang mulai sepi, karena sebentar lagi akan tutup. hanya tinggal beberapa panitia yang sedang beres-beres, ia pun berjalan ke arah stand milik Mega. Mega kaget melihat Rangga dihadapannya dengan wajah babak belur dengan tatapan tajam,
"aku akan membeli lukisanmu, apakah segini cukup?" tanyanya sambil menghamburkan segepok uang pecahan seratus ribuan ke udara, Mega yang merasa dilukai harga dirinya menampar Rangga. tamparan itu membuat Rangga jatuh tersungkur dan pingsan.
"apa kau akaun berpura-pura seperti itu?" tanya Mega emosi, tapi melihat tubuh pemuda itu tak bergerak wajah Mega berubah ketakutan. ia pun berjongkok lalu mengguncang-gunacang tubuh Rangga. wajahnya mulai panik ketika tak ada respon.
"tolong!!!!tolong!!!!" teriaknya panik sambil mengguncang-guncang tubuh Rangga.

***********
beberapa suster dan Al segera mendorong ranjang diikuti wajah Mega yang khawatir sambil memandang Rangga yang masih pingsan diatas ranjang, ia pun ditahan seorang suster ketika pemuda itu dimasukkan ke ruang IGD, Mega terus memanjatkan doa berharap pemuda itu baik-baik sja. ia tak menyangka ia hampir membunuh orang.
hampir tiga jam lebih ia menunggu ketika Al keluar dari ruang IGD, ia berjalan pelan ke arah Mega yang masih terlihat khawatir.
"me,"
"bagaimana keadaannya?" tanya Mega penuh khawatir membuat Al tak nyaman.
"ia sudah melewati masa kritisnya, tulang rusuknya patah. mungkin butuh sekitar seminggu ia harus dirawat inap." jawab Al.
"syukurlah, aku kira tamparanku akan membunuh seseorang. aku sangat takut Al." ujarnya sedih, gadis itupun terduduk kemudian menangis. Al pun duduk disampingnya kemudian menepuk punggungnya. Al pun memandang Mega dengan wajah sedih.


"me," panggil Al sambil menyodorkan segelas cokelat panas dihadapannya. setelah pulang dari bandara sepertinya langit juga bersedih, karena kini hujan mengguyur bumi. seakan alam dapat merasakan kepedihan gadis manis ini. Al pun menaruh gelas itu di meja, memandangnya yang masih terdiam.

"apa yang diharapkan hujan ketika jatuh ke bumi?" tanya Mega membuat Al memandang gadis itu tak mengerti,
"meski ia dihujat banyak orang karena kedangannya, ia percaya akan selalu ada orang yang merindukannya." jawab gadis manis itu masih memandang sekeliling supermarket dekat bandara, terlihat banyak orang yang kesal tapi banyak juga anak kecil yang menikmati tetesan air itu.

"lihatlah, yang diharapkan sang hujan pada wajah polos itu, mungkin sama besarnya dengan harapanku ketika menantinya." lanjutnya sambil meneteskan air mata. Al yang melihat keterpurukan gadis itu hanya dapat menggenggam gelasnya erta-erat.
"tak bisakah kini kau melupakannya dan membuka hatimu? tak dapatkah kau berhenti sekarang dan melihatku saja?" tanya Al membuat Mega menoleh dan memandang sepasang mata tajam itu, dari kejauhan tanpa mereka sadari seseorang terluka.

****************

"Raga, mematikan handphonenya. apa yang harus ku lakukan sekarang?" tanya Bunga dengan nada memohon pada manajernya.
"kau tahu kan Raga baru saja kembali ke kota ini dan mau merintis bisnisnya. belum apa-apa kau telah mengacaukannya. pasti sekarang dia marah sekali padamu." jawab sang manajer khawatir.
"apa dia akan membenciku? bagaimana ini?" tanyanya bingung, ia tak ingin jauh dari lelaki pujaannya. Sekarang karena kebodohannya, ia sendiri membuat lelaki itu menjauh.
Raga memandang lukisan besar di kamarnya, lukisan sosok seorang gadis dari belakang yang jari manis kirinya terkait benang merah, ingatannya kembali ke masa tiga tahun yang lalu.
"apa ini?" tanya pemuda tampan memandang lukisan di sebuah stand pameran.
"kau datang?" suara seseorang membuat ia menoleh dan mendapati gadis yang disukainya, gadis itu tersenyum manis.
"ini adalah pameranku yang pertama, bagaimana menurutmu?" tanyanya dengan wajah gugup, membuat pemuda tampan itu memandang sekelilingnya, kemudian menaikkan punggungnya tanda tak mengeti.
"dulu, waktu aku kecil. ibu selalu bercerita bahwa bila dua orang yang mengaitkan benang merah di jari mais mereka masing-masing, mereka akan berjodoh sampai kapan pun. entah mereka pergi sejauh mungkin atau sebenci apapun, mereka akan berjodoh selamanya." ujar gadis manis itu lalu memegang tangan pemuda itu membuat sang pemuda itu gugup.
"sekarang lihatlah..."lanjutnya, membuat ia melihat lukisan seorang pemuda membelakangi mereka yang memandang ke arah bulan dan bintang dan tangannya terkait benang merah pindah ke lukisan selanjutnya yang memperlihatkan pemandangan dengan sehelai benang berlanjut ke tiga lukisan lain kemudian berhenti di sosok gadis yang membelakangi mereka memandang matahari yang terkait benang merah di jari kirinya. Pemuda tampan itu tersenyum melihatnya, ia mencuri pandang ke tangan gadis cantik itu yang masih memegang tangannya, membayangkan kedua jari manis mereka terkait benang merah. bayangan itu membuat sang pemuda tersenyum malu, lalu kembali memandang dua lukisan yang menjadi pusat tema itu, lukisan sang pemuda dan sang gadis yang berdampingan.
"apakah aku boleh membeli yang ini, me?" tanya pemuda itu, membuat gadis manis membelak.
"memang kau ada uang?" gadis itu balik bertanya,
"belum," jawab pemuda itu sambil nyengir,
"Raga, jangan aneh-aneh," balas gadis manis itu melepaskan tangannya beranjak pergi melihat pengunjung lain.
"tapi bolehkan, kau simpankan itu untukku? aku pasti membelnya." tunjuknya pada lukisan sang gadis yang memandang matahari, membuat Mega menoleh lalu tersenyum manis.
"tergantung,kau berani membeli berapa?" candanya lalu pergi.
secuil ingatan indah itu membuat Rangga tersenyum sambil memandang lukisan itu, tak jauh berbeda Mega memandang lukisan sang pemuda yang memandang bintang dan bulan di kamarnya. ia memegang pelan-pelan sosok pemuda itu di lukisan.
"Rangga, kau pernah tahu tentang harapan, bagaimana jika harapan itu dikabulkan tapi tak seperti keinginan kita, apakah kau sudah siap jika terjadi?apakah kau juga akan bersedih ataukah akan bahagia?" tanya Mega dalam hatinya memandang lukisan itu kembali.
"Ma, bukankah itu suami tante Mega?" tanya Dita pada mamanya sambil menunjuk berita di tivi, seketika Rin menghentikan aktivitas memasaknya dan memandang berita itu. ia masih mencerna berita itu kemudian berlari ke kamar shabatnya.
"Me," panggilnya lalu memeluk sahabatnya, seketika air mata Mega tumpah. 
Dita yang melihat ibunya berlari segera mematikan kompor dan mengikutinya ke kamar tantenya. melihat dua orang yang disayanginya menangis ia pun ikut sedih.

*************
"mulai sekarang, lupakan pemuda brengsek itu. putuskan takdir kalian." nasehat Rin sambil menyobek lembaran-lembaran kertas wajah Rangga di dinding kamar Mega dibantu Dita, anaknya. sedangkan Mega hanya terdiam tak menjawab.
di tempat lain, Rangga tengah mabuk-mabukan ketika Bunga datang disebuah klab yang cukup terkenal di kota itu.
"Rangga,"panggil gadis cantik itu sambil merebut gelas yang dipegangnya.
"apa kau marah? maafkan aku, aku tak akan mengulanginya." ujarnya merajuk membuat Rangga memandangnya tajam dan hanya diam lalu mengambil botol minumannya lalu meneguknya.
"Rangga," panggil Bunga mulai sedih sambil menarik botol minuman itu dari lelaki pujaannya.
"berhenti, ku mohon. aku akan mengurusnya besok." lanjutnya membuat Rangga tersenyum tipis.
"tak perlu, bukankah ini yang kau inginkan?" tanyanya sinis lalu mengeluarkan uang dari dompetnya kemudian pergi. sikap dingin Rangga kembali, hati Bunga terasa sakit. ia pun menangis memandang sosok itu yang menghilang dibalik keramaian hingar bingar klab itu.
Rangga berjalan tak tentu arah dengan luka di hatinya, kenangan akan gadisnya kembali, senyumnya, candanya, marahnya. semuanya membuat hatinya sakit. langkahnya terhenti ketika mendapati sosok yang amat dirindunya terlihat nyata dihadapannya. 
Mega memutuskan berjalan-jalan sebentar, ia sangat membutuhkan udara segar sekarang. ia berhenti di sebuah gang dan duduk di sebuah bangku, ia memandang jalan dengan seksama, ya, jalan inilah tempat ia pertama kali berteu dengan Rangga.
"Hei, Ya.. kau, berhenti." teriak seorang gadis manis membuat seorang pemuda menghentikan langkahnya menarik troli pakaian dagangannya dan memandang seorang gadis yang berjalan dengan sempoyongan dengan pakaian yang telihat sangat minim dibagian bawah.
"apa kau sengaja merusak rokku?" tanyanya dengan penuh amarah membuat sang pemuda bingung.
"apa kau pura-pura tak tahu?" ujarnya penuh emosi membuat sang pemuda melihat rok gadis yang minim sambil mencari kesalahannya dan mendapati benang merah terkait di trolinya.
"apa kau mesum?" 
"maafkan aku, aku tak tahu."
"akan ku ganti."
"maksudmu?"
sang pemuda hanya tersenyum.
sang gadis keluar dari balik troli mengenakan celana jins panjang dari dagangan sang pemuda, sang pemuda duduk di bangku sambil menyuruh sang gadis duduk disampingnya.
"pemuda ini,..." umpat sang gadis kesal, walau begitu ia duduk disampingnya. sang pemuda pun berjongkok dihadapannya.
"apa yang kau lakukan sekarang? jangan macam-macam denganku." ujar sang gadis kaget, tanpa peduli omelan gadis dihadapannya, sang pemuda mencopot high heels dan melihat kaki sang gadis yang terluka. ia pun mengambil obat-obatan yang dibelinya kala sang gadis berganti pakaian,
"aku tak akan tersentuh begitu saja, aku akan menuntutmu nanti." ancam sang gadis yang sepertinya seorang nona besar. tapi sepertinya tak dihiraukan sang pemuda.
secuil memori itu membuat Mega tertegun.
"apakah aku harus menyerah sekarang?" tanyanya sedih.


mega terpaku memandang benang merah di tangan Al, dongeng masa kecilnya yang membuat gadis itu percaya akan takdir benang merah dalam cinta. ya, sebuah dongeng dari guru TKnya yang mengatakan bahwa bila dua orang yang saling membenci setengah mati pun bila pernah mengikatkan benang merah di pergelangan mereka akan menjadi jodoh sampai kapan pun, tak peduli dipisahkan oleh keadaan apa pun.
"apakah aku boleh memasang ini bersamamu?" tanya Al membuat gadis manis itu terdiam. cowok tampan itu mendekat dan memegang tangan Mega. Mega de javu dengan kejadian ini, ia pernah mengalami hal yang sama, di tempat yang sama, kata-kata yang sama pula. tapi, dengan orang yang berbeda dan dengan perasaan yang berbeda. secuil kenangan dari memorinya terbang membayangi perasaannya.
Al akan memakaikan ikatan benang merah ditangan Mega, belum sempat benang itu melingkar di tangan gadis yang dicintainya, gadis itu memeluknya dengan tangis pecah.
"maafkan aku,,, maafkan aku,,," rengeknya dalam isaknya membuat Al terpaku.
selama ini, bukannya Mega tak menyadari perasaannya, gadis manis itu hanya pura-pura tak menyadarinya agar dirinya tak terluka. bodoh, kenapa Al tak menyadarinya. gadis itu masih teramat setia dengan kekasihnya, seberapa dalam cinta itu tertancapa Me?tak adakah ruang bagiku walau hanya sekecil jari kuku?
"maafkan aku..." ulangnya dalam deraian airmatanya dan memelukku semakin erat.
sampai kapan pun aku akan selalu kalah darinya, dan kau selalu menang atas diriku. ujar Al dalam hati menunduk sedih.
*************
suasana bandara sabtu ini terlihat padat, beredar kabar kalau model top asal Indonesia akan kembali kesini. itulah alasan mengapa puluhan pewarta berita berbondong-bondong memenuhi bandara yang sudah ramai para pengunjung tapi Mega tak memerdulikan hal itu. ia hanya peduli pada pintu kedatangan yang terbuka dan berharap pangerannya keluar dari pintu itu dan berlari kearahnya. semenjak Raga meninggalkannya, ia berharap cowok itu muncul dari balik pintu kaca tersebut. itulah alasan kenapa setiap Sabtu ia berkunjung ke bandara ini.
Mega melihat jam tangannya kembali, sudah hampir maghrib. saatnya ia berpamitan dengan pintu kaca itu dan kembali minggu depan.
"Raga!!!" teriak seorang gadis dengan nada centil membuat Mega terhenyak, ia memandang gadis cantik yang mulai dikerubungin wartawan dan mengikuti arah mata sang gadis yang membuatnya berbalik badan dan melihat sosok yang selama ini ia tunggu. Mega memandang dari atas ke bawah sosok cowok itu, semuanya terlalu mirip dengan laki-laki yang dicintainya. gadis cantik itu berlari kearah kekasihnya dan memeluknya. Mega membantu, matanya terasa nanar melihat peristiwa itu, tak disangka mata mereka bertemu.
"aku mencintaimu," teriak sang gadis yang segera mendapat antusias dari pewarta berita, sedangkan Mega merasa hatinya tertusuk-tusuk mendengar kalimat itu, tanpa ia sadari butiran-butiran bening membasahi pipinya. sedetik kemudian kerumunan itu pergi ketika beberapa orang bodygard mengantar gadis cantik itu dan laki-laki yang dicintainya memasuki sebuah mobil dan meninggalkan tempat dimana Mega masih membatu,
aku memang mengharapkanmu kembali tapi tidak bersama orang lain. ujar Mega dalam hati, pertahanannya goyah, airmatanya tak dapat dibendung kembali. ia pun jatuh terduduk dilantai dan menangis sejadi-jadinya sambil memegang cincin di jari manisnya.
berita pernyataan cinta Bunga, top model dunia yang blak-blakan di bandara segera menghebohkan negri. hampir seluruh stasiun televisi membahasnya dalam hitungan detik, berita ini menyita banyak perhatian. Al yang baru keluar dari kamar pasien tak sengaja mendengar gerombolan suster magang yang tengah membahas berita itu, tak berapa lama ia melihat TV yang berada di koridor rumah sakit menayangkannya. ia tercekat melihat sosok laki-laki di TV. segera ia mengambil handphone di kantongnya dan menghubungi seseorang karena tak ada jawaban segera ia berlari ke parkiran sambil menghubungi seseorang.
"apa kau melihatnya? dimana Mega?" tanya Al dengan nada panik sambil memasuki sedan hitamnya.
"aku mengerti, aku akan segera kesana." lanjutnya lalu memutuskan hubungan dan menancap gas mobilnya kuat-kuat, terlihat jelas raut kecemasan di wajah tampannya.
**************
Raga memandangi sosok Mega yang mulai tak terlihat dari kaca spion, Bunga terlihat bingung dengan sikap Raga yang mengacuhkannya setelah skandal yang ia buat tadi.
"apa kau marah?" tanya Bunga polos dengan nada sedikit takut melihat tatapan tajam Raga.
"Bunga, kenapa kau lakukan itu? Raga baru saja akan memulai bisnisnya disini tapi kau mengahancurkannya dengan tingkah bodohmu." jawab sang manajer lembut pada artisnya.
"aku hanya ingin memberitahu dunia bahwa aku mencintaimu," rengek Bunga pada manajernya yang tak ditanggapi Raga. matanya masih menatap ke arah spion.
"berhenti!!!!" ujar Raga membuat semuanya kaget dan sang sopir mengerem mendadak. Raga akan keluar dari mobil, Bunga yang melihat hal itu segera memeluk Raga.
"maafkan aku, aku tak akan mengulanginya. jadi jangan pergi, Ga. Ku mohon.." rengek Bunga manja, manajer yang melihat amarah di wajah cowok itu tak berani berkomentar. dengan kasar cowok itu melepas pelukan Bunga lalu keluar dari mobil dan berlari menuju bandara, ada yang harus ia jelaskan pada seseorang. sdangkan Bunga langsung menangis melihat perlakuan Raga padanya.
"sudah, kamu memang keterlaluan kali ini," ujar manajernya yang mencoba menenangkan artis sekaligus sahabatnya.
****************
Raga terus berlari dengan sekuat tenaga menuju bandara, kenapa aku selalu semangat berlari ke arahmu? seperti mendapat tenaga kuda kala aku harus berlari ke arahmu. ujarnya dalam hati. ia berhenti ketika tak jauh dari tempatnya berdiri ia melihat gadis yang dicintainya tengah  memandangi cincin di jari manisnya, terlihat gadis itu tak punya kekuatan untuk berdiri. Bahkan ia tak peduli dengan banyaknya pasang mata yang mulai melihatnya. Raga melangkahkan kakinya untuk mendekat.
Mega menoleh saat seseorang memegang pundaknya, tak sesuai dengan bayangannya. orang yang hadis dihadapannya bukanlah orang yang dicintainya. tangan itu menyeka air mata di pipinya dengan lembut. Al membantu Mega berdiri, tanpa bicara mereka beranjak pergi meninggalkan bandara.
kenapa kau selalu saja muncul? kenapa kau selalu ada? bagaimana aku bisa membebaskan sakitmu? kalau kau terus saja membantuku. batin Mega sambil memandang Al yang tengah memapahnya dan tanpa mereka sadari sepasang mata tajam memandang ke arah mereka.
(bersambung)