twitter


aku akan menjadi hujan bila kamu mau
yangturunnya bisa kamu hendaki sesuka hatimu
yang bentuknya bisa kamu pilih sendiri
gerimis kecil, hujan sedang atau badai petir

aku akan menjadi matahari bila kamu mau
yang hangatnya bisa kamu hendaki sesuka hatimu

yang tidak bisa aku lakukan adalah
menjadi matahari dan hujan dalam satu waktu
namun, ada satu cara agar hujan
dan matahari memberi kesan
aku akan membuatkan untukmu sebuah pelangi

sayangnya, aku harus memberi tahumu satu hal
yang menyedihkan
pelangi tak akan bisa tertahan lama
dan aku harus segera pergi

Mega memandang tulisan ini dengan wajah bingung, siapa yang menuliskan puisi sebagus ini untuknya, ia memandang sekeliling ruangan pamerannya. tapi tak ada seseorang yang dapat ia jadikan tersangka. Raga bersembunyi dari jauh sambil memandang Mega.
"Mega," suara itu membuatnya kaget, ia pun tersenyum manis lalu membalikkan badannya. senyumnya pudar kala ia melihat seseorang itu menggandeng seorang gadis cantik disampingnya.
"adik kecilku, selamat ya. semoga pameranmu berhasil." ujar Al sambil memberikan serangkai bunga tulip putih kesukaannya. Mega menerima dengan wajah lesu. Raga yang melihat perubahan wajah gadis itu menjadi sedih. sekali lihat, akan tahu bahwa menyukai pemuda itu.
"oya, kenalkan. ini pacar baru aku, Sinta. Sinta, ini adikku, Mega." lanjut Al membuat Mega semakin gondok, walaupun begitu ia tetap menerima uluran tangan gadis cantik dihadapannya.
"sayang, bagaimana kalau kita keliling melihat karya adikmu?" tanya Sita manja yang disetujui Al, ketika mereka berkeliling, Mega mencengkram bunga ditangannya.
"Al kejam, apa maksud semua ini?apa kau lupa janji masa kecil kita?" tanya Mega dalam hati dengan tatapan nanar memandang kemesraan mereka.
"Al, kamu pakai ini ya. biar nanti kalau kita gede bisa nikah." ujar mega kecil mengaitkan benang merah di jari manis bocah laki-laki.
"Me, orang nikah ndak pake ini, tapi pake cincin." kilah Al kecil sambil memberikan sebuah cincin, membuat mega kecil takjub.
"apa kau menyukaiku?" tanya mega kecil bahagia yang dijawab dengan anggukan tegas.
"kata ibuku, kita harus pake ini biar bisa nikah. jadi pake ini dulu ya." kata mega kecil mengaitkan benang merah dijari manisnya sendiri.
"berjanjilah menikah denganku nanti," lanjut mega kecil sambil mengulurkan kelingkingnya.
"aku janji," jawab Al sambil membalasnya dengan kelingking. mereka berdua tersenyum dengan jari manis terkait benang merah.
gadis manis itu menghapus air matanya tiba-tiba ketika Al dan Sinta mengahampirinya.
"Me, aku pamit dulu ya. kita mau makan, apa kau mau ikut?" tanya Al lembut yang dijawab gelengan kepala.
"apa hanya aku yang menepati janji kita?" tanya mega dalam hati sambil memandang Al dalam.
"me," sapa sebuah suara membuat mereka menoleh pada Raga yang menghamiri mereka.
"siapa me? pacarmu?" tanya Al memandang Raga.
"ya"
"tidak", jawab mereka bersamaan dan saling pandang.
"wah, adik kecilku sudah besar."canda Al sambil mengacak-acak rambut Mega lembut,
"dia bukan pacarku," kilah Mega sambil memandang tajam Raga.
"kalau begitu kami pergi dulu, sampai jumpa..." ucapan Al terhenti
"Rangga, namaku Rangga."
"Rangga." ulang Al lalu pergi meninggalkan mereka. menuju parkiran. setelah mereka menjauh sebuah tamparan mendarat di pipi Rangga.
"apa hakmu bicara seperti itu?" tanya Mega penuh emosi.
"aku hanya ingin menyelamatkanmu," jawab Rangga,
"dengar, jangan campuri urusanku lagi. itu urusanku." ujar Mega dengan menatap tajam.
"aku hanya tak bisa melihat kau terluka."
"apa pedulimu? apa kau mulai menyukaiku?" tanya Mega membuat Rangga kelu, di parkiran Al tertegun ada perasaan aneh menghinggapi hatinya kala melihat Rangga, suara manja Sinta mengagetkannya, ia pun tersenyum pada gadis cantik itu  kemudian melajukan sedan hitamnya.

********
"jadi , kau menyukaiku?" tanya Mega sekali lagi yang masih dijawab dengan diam oleh Rangga.
"apa karena aku baik padamu dan ayahmu selama ini kau mengira aku menyukaimu? apa karena aku menerimamu jadi temanku kau mengira aku menyukaimu? sadar, Ga. sadar!!!! aku cuma kasihan!!!" ujar Mega meluapkan emosinya membuat Rangga mengepalkan tangannya.
"jangan mimpi, aku bakal suka sama pemuda miskin kayak kamu. ngerti?" lanjut Mega yang kemudian meninggalkan Rangga sendiri. Rangga hanya memandangnya dengan tatapan kebencian. ia pun berlari sekuat-kuatnya untuk melupakan kesakitan hatinya. ia pun berhenti disebuah pertigaan lalu tertunduk lemas kemudian menagis.
"seharusnya aku sadar bahwa kau hanya kasihan." ujarnya dalam hati lalu menelpon seseorang.
"kak, aku akan ikut." katanya pada seseorang di seberang sana.

**********
Rangga tengah berada dalam arena pertarungan tinju ilegal, dengan sedikit babak belur ia mendapatkan uang yang cukup besar. ya, ia hanya perlu pura-pura kalah dan menerima semua pukulan lawan untuk mendapat bayaran, dalam ronde ke-8 ia tersungkur. dua orang sahabatnya memandang Rangga dengan nanar, mereka pun menggotong Rangga ke ruang ganti. sekuat tenaga Rangga mencoba bangun, dengan menahan sakitnya dan sempoyongan, ia mengambil uang itu lalu berjalan menuju pameran Mega. ia berjanji akan mengambil harga dirinya kembali, Sam hanya memandang sahabatnya dengan menangis.
susah payah Al memasuki tempat pameran yang mulai sepi, karena sebentar lagi akan tutup. hanya tinggal beberapa panitia yang sedang beres-beres, ia pun berjalan ke arah stand milik Mega. Mega kaget melihat Rangga dihadapannya dengan wajah babak belur dengan tatapan tajam,
"aku akan membeli lukisanmu, apakah segini cukup?" tanyanya sambil menghamburkan segepok uang pecahan seratus ribuan ke udara, Mega yang merasa dilukai harga dirinya menampar Rangga. tamparan itu membuat Rangga jatuh tersungkur dan pingsan.
"apa kau akaun berpura-pura seperti itu?" tanya Mega emosi, tapi melihat tubuh pemuda itu tak bergerak wajah Mega berubah ketakutan. ia pun berjongkok lalu mengguncang-gunacang tubuh Rangga. wajahnya mulai panik ketika tak ada respon.
"tolong!!!!tolong!!!!" teriaknya panik sambil mengguncang-guncang tubuh Rangga.

***********
beberapa suster dan Al segera mendorong ranjang diikuti wajah Mega yang khawatir sambil memandang Rangga yang masih pingsan diatas ranjang, ia pun ditahan seorang suster ketika pemuda itu dimasukkan ke ruang IGD, Mega terus memanjatkan doa berharap pemuda itu baik-baik sja. ia tak menyangka ia hampir membunuh orang.
hampir tiga jam lebih ia menunggu ketika Al keluar dari ruang IGD, ia berjalan pelan ke arah Mega yang masih terlihat khawatir.
"me,"
"bagaimana keadaannya?" tanya Mega penuh khawatir membuat Al tak nyaman.
"ia sudah melewati masa kritisnya, tulang rusuknya patah. mungkin butuh sekitar seminggu ia harus dirawat inap." jawab Al.
"syukurlah, aku kira tamparanku akan membunuh seseorang. aku sangat takut Al." ujarnya sedih, gadis itupun terduduk kemudian menangis. Al pun duduk disampingnya kemudian menepuk punggungnya. Al pun memandang Mega dengan wajah sedih.

0 komentar:

Posting Komentar