twitter


ini dia foto-fotonya.....












BUSANA PAES AGENG YOGYAKARTA
untuk memenuhi Tugas Sejarah Kebudayaan
Pengampu: Riyadi, S. Pd., MA.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipooMZ2ps1uDIq1OYb5LWbE8EbsefJjoqDV6acSF5hJMhAygdgxEaUBnPS7cj2I7k0KjhP8Yml7eevmPfHQpKLPS1o2PrPbIZ1kS6xn21bmWtNbyfFP67VU5qExKioFI2jW5Lohnq_DMMh/s400/jogjapaesageng.jpg

Nama : Miftahus Sa’adah
Nim   : K4412047
Prodi : Pendidikan Sejarah

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2014

KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan petunjuk dan karuniaNya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Kebudayaan .
Diharapkan makalah ini dapat menjadi salah satu sumber pembelajaran dan bahan diskusi bagi mahasiswa serta pembaca pada umumnya. Makalah ini di susun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini memuat tentang penjabaran mengenai Busana Paes Ageng Yogyakarta. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
   Kami  juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Sejarah Kebudayaan yaitu Riyadi, S. Pd., MA. yang memotivasi dan membimbing makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penulis mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

Surakarta, 09 Mei 2014

Penulis            




DAFTAR ISI

     1.3      TUJUAN PENULISAN........................................................................... 2
    1.4      KAJIAN TEORI....................................................................................... 2
    1.5      METODOLOGI PENELITIAN............................................................... 2
2.1 PAES AGENG: RIAS PENGANTIN PAKEM KRATON YOGYAKARTA.................................................................................................3
  2.2 BUSANA PENGANTIN.............................................................................4
2.3 PERUBAHAN MODERN.............................................................................7




BAB I

PENDAHULUAN


1.1LATAR BELAKANG

Budaya adalah hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang beraneka ragam. Budaya yang beraneka ragam itu seperti adat istiadat, bahasa, busana, tarian, makanan, dan sebagainya. Salah satu hasil budaya jawa yaitu berkaitan dengan busananya. Salah satunya dalam hal upacara pernikahan.
Dalam masyarakat Jawa, perkawinan merupakan salah satu siklus penting dalam kehidupan manusia. Manusia dianggap telah sempurna hidupnya jika telah menikah. Diharapkan dengan menikah, maka akan terbentuk sebuah keluarga baru yang nantinya akan mempunyai keturunan sebagai generasi penerus keluarga tersebut. Begitu pentingnya perkawinan sehingga perlu diadakan upacara/slametan untuk menyambutnya. Seperti dikemukakan Prof. Koentjaraningrat (http://www.ullensentalu.com/detailNews.php?id=74), bahwa upacara perkawinan pada dasarnya merupakan suatu peralihan  terpenting dalam daur hidup seseorang, yaitu peralihan dari tingkat hidup remaja ke tingkat hidup berkeluarga. Masyarakat jawa masih menggunakan  pathokan-pathokan tertentu  dalam hal serangkaian acara, busana serta tata riasnya.
Tata cara pernikahan jawa menggunakan dua pathokan yaitu kraton Yogyakarta Hardiningrat dan Surakarta Hardiningrat. Masyarakat jawa menyebutnya gagrag Yogyakarta dan gagrag Surakarta/Solo.
Berdasarkan uraian tersebut dalam makalah ini akan membahas tentang tat arias pengantin gagrag Yogyakarta yaitu Paes Ageng.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang dibahas penulis adalah:
1.      Apa itu Paes Ageng?
2.      Perubahan apa saja yang ada dalam busana pengantin Yogyakarta dulu dan sekarang?

1.3TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulis adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Kebudayaan, selain itu juga ada beberapa tujuan diantaranya :
1.      Memaparkan mengenai Paes Ageng secara lebih jelas.
2.      Menambah wawasan mengenai Paes Ageng.

1.4KAJIAN TEORI

Yang dipakai penulis dalam kajian teori kali ini bersumber pada buku Tata Cara Paes lan Pranatacara Gagrag Ngayogyakarta dari Dwi  Sunar Prasetyono.

1.5 METODE PENELITIAN

Dalam metode wawancara ini penulis mengajukan beberapa pertanyaan kepada salah satu perias di daerah Tayu, Pati. Dalam metode wawancara ini, penulis sebelumnya membuat pedoman wawancara.
PEDOMAN WAWANCARA
Topik                           : Busana Paes Ageng Yogyakarta
Tujuan                         : Memaparkan dan menambah wawasan mengenai Paes Ageng.
Nama Responden        :
Waktu Pelaksanaan     :
Tempat                        :
  1. Apa paes ageng menurut anda?
  2. Dimana paes ageng berkembang pesat seperti sekarang ini?
  3. Siapa yang mengijinkan paes ageng diperbolehkan digunakan oleh masyarakat luas?
  4. Bagaimana filosofi pada paes ageng?
  5. Kapan paes ageng mengalami perkembangan seperti sekarang?
  6. Apa perbedaan paes ageng sekarang dengan paes ageng pakem?
  7. Mengapa terjadi perbedaan?

HASIL WAWANCARA
Topik                           : Busana Paes Ageng Yogyakarta
Tujuan                         : Memaparkan dan menambah wawasan mengenai Paes Ageng.
Nama Responden        : Hj. Tienuk Riefki
Waktu Pelaksanaan     : Sabtu, 26 April 2014 16.00 WIB
Tempat                        : di kediaman bu Tienuk, Tayu
Jawaban                      :
  1. paes ageng ya salah satu budaya dalam pernikahan jawa, menyangkut tata rias, busana dan acara dalam pernikahan itu.
  2. ya, di tempat asalnya. Yogyakarta.
  3. Dari sejarahnya itu Sultan Hamengku Buwono IX yang pertama kali mengijinkan paes  ageng digunakan umum atau warga jogja setelah sebelumnya hanya diperbolehkan di lingkungan keraton.
  4. Banyak sekali filosofi yang terkandung dalam paes ageng, dari busana pengantinnya sendiri, misalnya dari dodotan yang mempunyai filosofi agar hidup rumah tangganya dapat bahagia dan banyak rejeki seperti layaknya seorang raja. Dari segi riasan, bagi pengantin putri misalnya alis tanduk rusa agar nantinya dalam berumah tangga sang istri menjadi tangguh dan kuat layaknya rusa dan masih banyak lagi.
  5. Paes mengalami banyak perkembangan sampai sekarang, pastinya kapan saya juga tidak tahu tetapi perkembangan ini masih berkiblat pada paes ageng pakemnya yaitu paes ageng Yogyakarta.
  6. Perbedaan paes ageng sekarang dengan paes ageng pakemnya itu tergantung dari sang periasnya. Tapi yang seringkali diubah yaitu busana, sanggul, dan perhiasan mungkin agar terlihat lebih simple.
  7. Perbedaan itu terjadi karena perubahan zaman dan perkembangan pasar, selain itu juga minat dari konsumen yang menginginkan konsep paes ageng yang berbeda.

BAB II

PEMBAHASAN


2.1  PAES AGENG: RIAS PENGANTIN PAKEM KRATON YOGYAKARTA
Busana dan Tata Rias Paes Ageng Yogyakarta dikenal sangat indah dan memiliki banyak makna baik pada setiap detail wajah, busana, dan aksesorisnya.
Tata rias Paes Ageng sendiri berasal dari sejarah pernikahan di Keraton yang lalu, saat ini banyak digunakan juga untuk pernikahan masyarakat umum. Dahulu kala, Paes Ageng hanya boleh digunakan oleh kerabat Keraton saja. Semenjak era Sultan Hamengku Buwono IX, Paes Ageng mulai diijinkan untuk dikenakan di luar Kraton. Tata rias Paes Ageng lalu berkembang, dan menjadi trend di kalangan masyarakat umum.
Paes Ageng digunakan mulai pada saat acara Panggih pada pernikahan Keraton Yogyakarta. Detail dandanannya terkenal sangat indah, detail, dan dikenal rumit. Di samping itu, terdapat pula makna-makna baik di balik setiap detailnya.

2.2  Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjR39jzHMRlWCJlmGwJzkldu3x0t-V9yIODIfoEVesBsD5K7LIcvx61xTgOkj9JtL8TZKkCCr2392eM8NrRbTYyFl0LMFdLeRP4wwPcbcLkV9S2jwwqdR-BVOS2vMEZkuBv7TTyvToBlz6/s1600/daniel-a.jpgBUSANA PENGANTIN
·         Busana Pengantin Wanita

http://museumku.wordpress.com
  1. Cunduk Mentul
Cunduk Mentul adalah 5 buah hiasan yang berbentuk tangkai bunga yang dipasang di atas kepala pengantin wanita. Cunduk Mentul yang berada tengah biasanya lebih tinggi dari yang lain. Cunduk Mentul merupakan simbol empat arah mata angin dan satu tujuan, yakni Tuhan YME.
  1. Sanggul Bokor
Sanggul Bokor adalah bentuk rambut yang digelung di belakang dan berbentuk bokor serta dihiasi rajutan bunga melati. Bagian bawah kanan sanggul dipasang roncean melati yang berbentuk belalai gajah.
  1. Cengkorongan
Cengkorongan adalah pembuatan pola dibagian dahi dipinggiran rambut. Cengkorongan ini berbentuk bunga teratai yang bermakana kesucian dan menandakan kalau pengantin perempuan masih suci. Pada sisi Cengkorongan akan dibubuhkan bubuk emas (prada) di sisinya.
Cengkorongan terdiri atas pangunggul, pangapit, dan panitis. Pangunggul terletak paling besar ditengah dan memiliki makna “orang yang paling unggul”. Pengapit terletak di kanan kiri pangunggul dan merupakan simbol pengawal dari pangunggul. Kemudian panitis terletak di bagian dahi paling pinggir, maknanya adalah bahwa orang harus teliti, tidak menelan mentah-mentah begitu saja sesuatu hal, dan harus bisa membedakan mana yang baik mana yang buruk.
Untuk membentuk cengkorongan, rambut halus di dahi mempelai wanita harus dikerik terlebih dahulu. Upacara mengerik ini dinamakan halup-halupan dan dilakukan setelah upacara siraman. Halup-halupan memiliki makna harapan agar hal atau sifat-sifat buruk pada mempelai wanita hilang.
  1. Citak
Citak adalah sebuah riasan berbentuk layang-layang kecil yang terletak di antara alis dan terbuat dari daun sirih. Citak digunakan untuk menolak bala.
  1. Alis Tanduk Rusa dan Jahitan Mata
Alis mempelai wanita akan dibentuk dengan ujung bercabang dua seperti layaknya tanduk rusa. Rusa diibaratkan sebagai hewan yang perkasa, sehingga diharapkan pengantin pun akan tangguh dan perkasa.
Sedangkan Jahitan Mata adalah dibentuknya dua garis hitam yang digambar dari ujung mata menuju dan menyatu berujung di kepala. Ujungnya ada di kepala karena merupakan simbol bahwa pusat pemikiran menjadi satu ke arah kepala. Hal ini bermakna bahwa diharapkan pemikiran dari kedua mempelai dapat menjadi satu.
  1. Kalung Tiga Susun
Kalung tiga susun melambangkan tiga tahapan kehidupan manusia, yaitu: lahir, menikah, dan meninggal
  1. Gelang Naga
Gelang naga dipakai di lengan pengantin. Kepala naga menghadap ke belakang dan memiliki makna untuk menolak bala.
  1. Dodotan
Dodotan adalah pakaian yang dikenakan pengantin. Terdiri dari kain cinde dan dodotan itu sendiri. Kain dodot memiliki ukuran 4-5 meter. Biasanya, kain dodot ini menggunakan motif semen raja yang memiliki makna agar pengantin mempunyai hidup seperti raja. Motif cinde sendiri melambangkan penghormatan kepada Dewi Sri (dewi padi) yang melambangkan kemakmuran.
·         Busana Pengantin Pria
Description: http://riaskuntik.files.wordpress.com/2013/04/weddingkujawa_0201_jdi.jpg
a.       Kuluk
Kuluk adalah penutup kepala (berbentuk semacam peci tinggi). Jika mempelai pria berasal dari keluarga Kraton maka Kuluk yang digunakan adalah Kuluk warna biru, namun jika mempelai pria adalah menantu Kraton maka yang digunakan warna putih. Di belakang Kuluk dipasang hiasan berbentuk rambut panjang. Hal ini menggambarkan pangeran-pangeran zaman dahulu yang selalu berambut panjang.
b.       Sumping
Sumping adalah hiasan di telinga mempelai pria. Sumping diletakkan di atas daun telinga dan berbentuk segitiga. Sumping merupakan pengharapan agar pendengaran pengantin laki-laki tajam dan peka terhadap kondisi di sekitarnya.
c.       Kalung 3 Susun
Kalung tiga susun melambangkan tiga tahapan kehidupan manusia, yaitu: lahir, menikah, dan meninggal.
d.      Keris
Tidak ada riasan khusus untuk pengantin laki-laki. Kain yang digunakan pun sama dengan pengantin perempuan. Hanya saja kain cinde dan dodotan dikenakan pada pusar ke bawah.
2.3  PERUBAHAN MODERN
Perubahan busana pengantin Yogja menggunakan kemben dan bawahan kain katun motif batik atau dodotan. "Khasnya seharusnya kain batik". Si mempelai wanita menggunakan dodotan dengan atasan rompi hitam. Si pengantin pria juga menggunakan dodotan dengan atasan rompi kecil bewarna hitam juga.
Untuk kemben batiknya lebih beragam, tapi kebanyakan orang memilih warna hijau. Motif pada kemben tersebut terdiri dari 2 jenis yaitu prada dan benang emas. Prada emas tergolong lebih mahal ketimbang benang emas.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sebagai warga negara yang baik, kita bersama-sama mempelajari budaya-budaya bangsa Indonesia dengan memanfaatkan sosial budaya, sejarah, sumber daya alam, dsb. Salah satunya tat rias pengantin Paes Ageng Keraton Yogyakarta. Sehingga kita dapat bersama-sama memandang diri serta lingkungan yang ada, dan unsur yang telah ada. Yang juga akan menghasilkan manfaat di berbagai bidang kehidupan.

3.2 Saran
       Untuk para pembaca semoga dengan ini kita bisa bersama mengetahui salah satu budaya bangsa Indonesia. Untuk masyarakat Indonesia semoga lebih baik lagi dalam mengolah dan mempelajari budaya nusantara.            
           

DAFTAR PUSTAKA

1.      http://www.ullensentalu.com/detailNews.php?id=74 diunduh pada Selasa, 8 April 2014 pukul 11.56 WIB
2.      Prasetyono, Dwi Sunar. 2003. Tata Cara Paes lan Pranatacara Gagrag Ngayogyakarta. Yogyakarta: Absolut.
3.      http://museumku.wordpress.com/2011/03/07/museum-ullen-sentalu-penerapan-museologi-baru/ diunduh pada Selasa, 8 April 2014 pukul 11.56 WIB




LAMPIRAN

Saat upacara Panggih
Description: https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS5mIjMTdSab5-VE2NVTByvIaXo24Rau1oqfoeVMEhMhjbOBmwV
Description: http://riaskuntik.files.wordpress.com/2013/04/weddingkujawa_0201_jdi.jpgBusana Pria
Description: http://riaskuntik.files.wordpress.com/2013/04/weddingkujawa_0105_jdi.jpg
Busana Wanita
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3vFfFZwV8f9vpSK_REw2vvOlud4DLnt9Ndly-O0ybOBGVgqXUYdeI9_o6G6sGgAF0mcRWVLLnGn_t_xfzz8uCPCV8163BOCHUIvYRXlp2OV2RdxFTRSJsKUWC8bRWE9tUbICX2hjQXVY/s1600/DSC00045.JPGpembuatan cengkorongan
Description: http://houseofweddinglindarinaldi.files.wordpress.com/2013/06/img-20130530-wa0008.jpg?w=652tahapan cengkorongan
pembuatan alis tanduk rusa
 
Pembuatan sanggul bokor






Proses wawancara